Panggonan Laman

Selasa, 23 November 2010

Pembawa Sepeda

Pembawa sepeda di malam buta
Tuk meraih intipan masadepan
Dipakainya kaki tua nan wajah berlumut tenang
Berjuang... entah apa yang didapatkannya

"terserah apa kata mereka, tapi hidupku tak harus menangisi sesal.
aku harus sampai rumah, walau jalanan gelap"
katanya...





15 September 2009

Mendewasakan Cinta

Setidaknya aku berlari menemui buih
Namun jangan sampai sederet embun membatasi asaku
Mempertaruhkan apapun tuk hapus segala tirani
Dan akan datang dimana masaku berubah,
dari yang dititipi menjadi yang menitipkan
Ku harus melawan arus fatamorgana
Ku hanya ingin jadi orang dewasa yang keren
Dan mencintaimu adalah anugerah bagiku.




24 Agustus 2009

Untuk Teman-teman Yang Malas

Merauk murka pada kebahagiaan sesaat
Mereka rela bersedeku rapi di atas rak
Namun di balik mata muda mereka
Tersimpan cakar-cakar kemauan yang mempilar di bekas wajah mereka
Di belakangnya lagi, hampir semua tidur buta tak mampu membaca garis tangan mereka
Mereka berani berundi hidup dengan cara merepotkan, yaitu malas.




pramusinto, 12 Oktober 2009

Secercak Kertas

Yang terkelola oleh rayap
Yang menghuni setiap sentuhannya
Rindu pulang tak sampai maknanya

Emas tak tentu gemerlap
Perjalanannya beralas kuku yang patah
Tergores tinta penghancuran

Sebuah tempat pelampiasan
Puisi ornamen yang sudah mati
Berlubang susun berjari cacat
Harus diseberangi walau begitu rawan

Tipis setipis pedang yang patah oleh tebasan kertas dan tulisan yang tajam
Rayap akan mengelola
Begitu ranjang dipenuhi darah
Perapian pemenggal segala kejadian,
akan terekam dalam secercak kertas.





pramusinto, 2008

Utopia

Udara yang mengendap menghanyutkan suara
Tatkala air jatuh dalam aliran rindu
Melewati perasaan gundahnya menantikan dirimu
Kala pagi tak bersahabat dengan matahari
Saat diriku terlamun...

Izinkan hembusan angin untuk memberi warna pada setiap gerak kita, dan rasakan sejuknya walau hal itu tak pernah ada.




01 September 2009