Mustika-mustika berjatuhan bagai halilintar
Mengukir jejak di bebatuan
Sekeliling air menjauh di tepian riak,
yang tak kunjung putus gelombangnya
Berjalan-jalan ke arah bayu menapakan bingkai kemunafikan
Tak perlu dipuji indah, karna sang surya pun tak mampu mengapung di lautan saat petang tiba
Elok-kah jika raut nisanmu tak bernama perbuatanmu?
pramusinto, 05 Januari 2010
Jumat, 26 November 2010
Bahagia Setengah Raga
dimana kau bentuk awan
suka apa kau bawa pulang
kala merah sore jelang bimbang
Tubuh lentang hangat, nampak ayu kau datang
Pasir itu terbang mencari panjang helai kasih
Datang... cukup datang ku senang...
"tak pungkiri syahdu jalanmu, walau di ujung tak ada aku"
Bentang maya menuntun jiwa,
cinta tak sepenuh raga... tapi,
gelora batin menuai bahagia
pramusinto, 04 Februari 2010
suka apa kau bawa pulang
kala merah sore jelang bimbang
Tubuh lentang hangat, nampak ayu kau datang
Pasir itu terbang mencari panjang helai kasih
Datang... cukup datang ku senang...
"tak pungkiri syahdu jalanmu, walau di ujung tak ada aku"
Bentang maya menuntun jiwa,
cinta tak sepenuh raga... tapi,
gelora batin menuai bahagia
pramusinto, 04 Februari 2010
Selasa, 23 November 2010
Pembawa Sepeda
Pembawa sepeda di malam buta
Tuk meraih intipan masadepan
Dipakainya kaki tua nan wajah berlumut tenang
Berjuang... entah apa yang didapatkannya
"terserah apa kata mereka, tapi hidupku tak harus menangisi sesal.
aku harus sampai rumah, walau jalanan gelap"
katanya...
15 September 2009
Tuk meraih intipan masadepan
Dipakainya kaki tua nan wajah berlumut tenang
Berjuang... entah apa yang didapatkannya
"terserah apa kata mereka, tapi hidupku tak harus menangisi sesal.
aku harus sampai rumah, walau jalanan gelap"
katanya...
15 September 2009
Mendewasakan Cinta
Setidaknya aku berlari menemui buih
Namun jangan sampai sederet embun membatasi asaku
Mempertaruhkan apapun tuk hapus segala tirani
Dan akan datang dimana masaku berubah,
dari yang dititipi menjadi yang menitipkan
Ku harus melawan arus fatamorgana
Ku hanya ingin jadi orang dewasa yang keren
Dan mencintaimu adalah anugerah bagiku.
24 Agustus 2009
Namun jangan sampai sederet embun membatasi asaku
Mempertaruhkan apapun tuk hapus segala tirani
Dan akan datang dimana masaku berubah,
dari yang dititipi menjadi yang menitipkan
Ku harus melawan arus fatamorgana
Ku hanya ingin jadi orang dewasa yang keren
Dan mencintaimu adalah anugerah bagiku.
24 Agustus 2009
Untuk Teman-teman Yang Malas
Merauk murka pada kebahagiaan sesaat
Mereka rela bersedeku rapi di atas rak
Namun di balik mata muda mereka
Tersimpan cakar-cakar kemauan yang mempilar di bekas wajah mereka
Di belakangnya lagi, hampir semua tidur buta tak mampu membaca garis tangan mereka
Mereka berani berundi hidup dengan cara merepotkan, yaitu malas.
pramusinto, 12 Oktober 2009
Mereka rela bersedeku rapi di atas rak
Namun di balik mata muda mereka
Tersimpan cakar-cakar kemauan yang mempilar di bekas wajah mereka
Di belakangnya lagi, hampir semua tidur buta tak mampu membaca garis tangan mereka
Mereka berani berundi hidup dengan cara merepotkan, yaitu malas.
pramusinto, 12 Oktober 2009
Secercak Kertas
Yang terkelola oleh rayap
Yang menghuni setiap sentuhannya
Rindu pulang tak sampai maknanya
Emas tak tentu gemerlap
Perjalanannya beralas kuku yang patah
Tergores tinta penghancuran
Sebuah tempat pelampiasan
Puisi ornamen yang sudah mati
Berlubang susun berjari cacat
Harus diseberangi walau begitu rawan
Tipis setipis pedang yang patah oleh tebasan kertas dan tulisan yang tajam
Rayap akan mengelola
Begitu ranjang dipenuhi darah
Perapian pemenggal segala kejadian,
akan terekam dalam secercak kertas.
pramusinto, 2008
Yang menghuni setiap sentuhannya
Rindu pulang tak sampai maknanya
Emas tak tentu gemerlap
Perjalanannya beralas kuku yang patah
Tergores tinta penghancuran
Sebuah tempat pelampiasan
Puisi ornamen yang sudah mati
Berlubang susun berjari cacat
Harus diseberangi walau begitu rawan
Tipis setipis pedang yang patah oleh tebasan kertas dan tulisan yang tajam
Rayap akan mengelola
Begitu ranjang dipenuhi darah
Perapian pemenggal segala kejadian,
akan terekam dalam secercak kertas.
pramusinto, 2008
Utopia
Udara yang mengendap menghanyutkan suara
Tatkala air jatuh dalam aliran rindu
Melewati perasaan gundahnya menantikan dirimu
Kala pagi tak bersahabat dengan matahari
Saat diriku terlamun...
Izinkan hembusan angin untuk memberi warna pada setiap gerak kita, dan rasakan sejuknya walau hal itu tak pernah ada.
01 September 2009
Tatkala air jatuh dalam aliran rindu
Melewati perasaan gundahnya menantikan dirimu
Kala pagi tak bersahabat dengan matahari
Saat diriku terlamun...
Izinkan hembusan angin untuk memberi warna pada setiap gerak kita, dan rasakan sejuknya walau hal itu tak pernah ada.
01 September 2009
Senin, 22 November 2010
Cerita Pukul Senja
Mimbar raka
Agni setubuh geni
Sendari nawang wulan menari
Panggungan menyigap bentang nubari
Mimpi-mimpi basi aku tuang ke cangkir berapi
Kala dulu, malu-malu ku lihat panjimu menulis padu
Sampai hentum pukul berayun sipu
Gasahi semua raya
Pemilin bibir semilir
Kelipan mempuing-puing
Hadirin sekalian!
Sendratawa ala Batarakala,
injaki giri Pandawa
Baguskah senja ini?
Cerita pukul senja...?
ooh.... bagus berkali-kali
pramusinto, 22 November 2010
Agni setubuh geni
Sendari nawang wulan menari
Panggungan menyigap bentang nubari
Mimpi-mimpi basi aku tuang ke cangkir berapi
Kala dulu, malu-malu ku lihat panjimu menulis padu
Sampai hentum pukul berayun sipu
Gasahi semua raya
Pemilin bibir semilir
Kelipan mempuing-puing
Hadirin sekalian!
Sendratawa ala Batarakala,
injaki giri Pandawa
Baguskah senja ini?
Cerita pukul senja...?
ooh.... bagus berkali-kali
pramusinto, 22 November 2010
Minggu, 21 November 2010
Kegagalan Mutlak
Ketika beribu meteor jatuh dalam kebimbangan semu
Saat itulah aku gagal menemuimu
Sebuah tempat lapang yang meruntuhkan niat
"aku hanya bisa bilang suka kamu"
Hingga habis waktu untuk itu
Cenayang yang bangkit itu
Raib ditelan kemurkaan
Penuh rongsokan hati tak bersih pula
Tlapak kebisingan merajalela
Menguasai tanah yang suci melegenda
Separuh wujud panggilan
Terngiang di tatap mataku yang pada saat itu
aku lengah...
"Kukut hatiku saat mataku hanya mampu memandang langkah kakimu pergi dariku"
pramusinto, 3 November 2008
Saat itulah aku gagal menemuimu
Sebuah tempat lapang yang meruntuhkan niat
"aku hanya bisa bilang suka kamu"
Hingga habis waktu untuk itu
Cenayang yang bangkit itu
Raib ditelan kemurkaan
Penuh rongsokan hati tak bersih pula
Tlapak kebisingan merajalela
Menguasai tanah yang suci melegenda
Separuh wujud panggilan
Terngiang di tatap mataku yang pada saat itu
aku lengah...
"Kukut hatiku saat mataku hanya mampu memandang langkah kakimu pergi dariku"
pramusinto, 3 November 2008
Sabtu, 20 November 2010
Jumat, 19 November 2010
Kau Tahu Aku
Tlapak tanganku tampak keruh
Selalu terlihat angkuh
Namun kau datang bersihkan jemari tanganku
Tanpa ragu,
Kau membaca garis tanganku
Seolah kau tahu segalanya dariku...
Aku bersyukur, kamu ada buatku lagi...
pramusinto, 7 November 2008
Selalu terlihat angkuh
Namun kau datang bersihkan jemari tanganku
Tanpa ragu,
Kau membaca garis tanganku
Seolah kau tahu segalanya dariku...
Aku bersyukur, kamu ada buatku lagi...
pramusinto, 7 November 2008
Natalku Natalmu
LahirMu...
Aku tak menyadarinya
PengorbananMu...
Aku tak tau artinya
Natal ini
dalam malam yang sepi
duduk di jendela
memandangMu...
Terlihat maknanya
FirmanMu terangi malamku
Agar Bapa selalu menjaga kakek
Engkau selalu ada padaku
Natalku Natalmu
Selamat Natal Kakek
dari cucunda...
pramusinto, 25 Desember 2005
Aku tak menyadarinya
PengorbananMu...
Aku tak tau artinya
Natal ini
dalam malam yang sepi
duduk di jendela
memandangMu...
Terlihat maknanya
FirmanMu terangi malamku
Agar Bapa selalu menjaga kakek
Engkau selalu ada padaku
Natalku Natalmu
Selamat Natal Kakek
dari cucunda...
pramusinto, 25 Desember 2005
Ulang Tahun Ibuku
tapi, perlakuan sang waktu dirasa hampa
Ketika datang angkara rasa yang terus merekat erat
Bak surya yang bersembunyi di balik mega
dan entah, mengapa cinta beranjak sayub
"Padahal tlah ku serahkan nadi kehangatan,
agar alir pipa kasih sayang"
itulah arti pengorbanan
Makasih mah...
pramusinto, 10 Oktober 2009
Pagi Pembawa Rindu
Pagi pembawa rindu
Tempatmu tak sesuai fungsimu
Menatap pintu seksama, aku ingin pulang
Aku berlari mengejar senyummu
Banyak hal yang membentang,
searah keinginan murka
Tapi perapianmu menghangatkan aku
Aku memikirkanmu...
pramusinto, 29 Agustus 2009
Tempatmu tak sesuai fungsimu
Menatap pintu seksama, aku ingin pulang
Aku berlari mengejar senyummu
Banyak hal yang membentang,
searah keinginan murka
Tapi perapianmu menghangatkan aku
Aku memikirkanmu...
pramusinto, 29 Agustus 2009
Angin Untuk Lilin
Malam yang tlah larut,
menjatuhkanku dalam keheningan mimpi
Tak sesempurna cahaya lilin yang redup,
di tengah-tengah tanah lapang..
gelap..
Akan ku arungi jalan itu tanpa rasa takut,
dan berharap sang angin mengobarkan cahaya lilin
Agar tanah itu mejadi terang
Lilin mungil, ku datang untuk mengobarkan kembali apimu
Jangan nyerah ya...
pramusinto, 29 September 2009
menjatuhkanku dalam keheningan mimpi
Tak sesempurna cahaya lilin yang redup,
di tengah-tengah tanah lapang..
gelap..
Akan ku arungi jalan itu tanpa rasa takut,
dan berharap sang angin mengobarkan cahaya lilin
Agar tanah itu mejadi terang
Lilin mungil, ku datang untuk mengobarkan kembali apimu
Jangan nyerah ya...
pramusinto, 29 September 2009
Kamis, 18 November 2010
Penghenti Hujan
Ribuan percik kemurnian, jatuh...
Tak ku yakin kau datang meminta jawaban
Luluh basah berpayung dan memaknai pakaian tak rimbun
Kamu datang berselingkuh, mengumpat, sesumbar
tentang drama peneduh kala siang
Kata-kata penyambung nyali, bergerak menyimpang
sesimpang mereka berpencar juga rumpang
Memilah mangsa tak semudah meramu,
berburu cumbu,
aku haru...
Mereka bercerita,
semua akibat pencetus agama,
moral... tak sehebat kuat,
erat tapi tak muat masuk urat
"Aku, dan mereka... bukan penghenti hujan"
pramusinto, 5 Februari 2010
Tak ku yakin kau datang meminta jawaban
Luluh basah berpayung dan memaknai pakaian tak rimbun
Kamu datang berselingkuh, mengumpat, sesumbar
tentang drama peneduh kala siang
Kata-kata penyambung nyali, bergerak menyimpang
sesimpang mereka berpencar juga rumpang
Memilah mangsa tak semudah meramu,
berburu cumbu,
aku haru...
Mereka bercerita,
semua akibat pencetus agama,
moral... tak sehebat kuat,
erat tapi tak muat masuk urat
"Aku, dan mereka... bukan penghenti hujan"
pramusinto, 5 Februari 2010
Kelam
Kelam... aku terlambat menjangkau malam
Aku bermain dengan suram
Kini angkuh dosa memelukku erat
begitu hangat...
Aku,
bak bayangan yang ada di mana-mana
hampa mengancam
Kelam... bunuh aku kejam
Jika pelukkanmu tak kunjung padam
Aku tak geram
Trimalah aku di sisimu, gelap...malam
pramusinto, 1 Desember 2009
Aku bermain dengan suram
Kini angkuh dosa memelukku erat
begitu hangat...
Aku,
bak bayangan yang ada di mana-mana
hampa mengancam
Kelam... bunuh aku kejam
Jika pelukkanmu tak kunjung padam
Aku tak geram
Trimalah aku di sisimu, gelap...malam
pramusinto, 1 Desember 2009
Kalam
Ternyata tak seindah kalam
Ternyata tak sebahagia kiranya
Ternyata tak jua hati berkalam ayu
Ayu kalam yang kisi malam
Apa, tlah mati tangan ini...
ku cintainya..
tangan ini,
ku lukainya..
tangan ini,
ku menyesal..
Karna aku entah untukmu, haru...
Semu jiwaku berdandan elokmu
Sakit...
Perih...
Kan ku emban anugrah malang
Walau hati ujung terbuang.
pramusinto, 30 November 2009
Ternyata tak sebahagia kiranya
Ternyata tak jua hati berkalam ayu
Ayu kalam yang kisi malam
Apa, tlah mati tangan ini...
ku cintainya..
tangan ini,
ku lukainya..
tangan ini,
ku menyesal..
Karna aku entah untukmu, haru...
Semu jiwaku berdandan elokmu
Sakit...
Perih...
Kan ku emban anugrah malang
Walau hati ujung terbuang.
pramusinto, 30 November 2009
Menjemput Ular
di ilaran mengias
di ekor kematian malam
bukan di ketuk remang senja
hujan pertama di rintang angan
katupan langit saat kau cegah aku pulang
gelaran sapa, giris tepian alis
keliaran mimpi menjemput ular
tambang mata menampung butir-butir getir
semburat serupa bara satir mengalir
dan bicara di penjara rasa
"renjana oh renjana..."
mengais gentaran sampak
"menjemput ular... ya, menjemput ular"
ku jemput kematianku sendiri,
ku jemput ular...
pramusinto, 16 November 2010
di ekor kematian malam
bukan di ketuk remang senja
hujan pertama di rintang angan
katupan langit saat kau cegah aku pulang
gelaran sapa, giris tepian alis
keliaran mimpi menjemput ular
tambang mata menampung butir-butir getir
semburat serupa bara satir mengalir
dan bicara di penjara rasa
"renjana oh renjana..."
mengais gentaran sampak
"menjemput ular... ya, menjemput ular"
ku jemput kematianku sendiri,
ku jemput ular...
pramusinto, 16 November 2010
Rabu, 17 November 2010
Membuat Dosa Baru
Membangkang suratanku !!
Aku suka tanganku penuh luka,
saat cenayang maut berhenti mengucilkanku
Aku suka keberadaanku sebagai ular,
yang selalu mencoba bercanda di depan peti
Aku suka menjadi gembala,
yang brani mati demi domba-dombanya di tengah-tengah serigala
Aku bukan materi yang bisa mencetak segala permintaan !!
Aku hanya seonggok daging yang mau belajar
tak lebih dari itu...
Aku ingin mati dengan bangga,
walau hidupku terangkum dalam sekepal dosa
Aku harus terus mencoba memetakkan namaMu,
di sembari kumuhku...
Sesampai Kidung DahsyatMu,
meruntuhkan tekadku...
Aku tak bersedia datang padaMu,
sebelum semua itu...
Tuhan...
cukup izinkan aku membalut luka tanganku,
dan membuat dosa baru.
pramusinto, 15 September 2008
Aku suka tanganku penuh luka,
saat cenayang maut berhenti mengucilkanku
Aku suka keberadaanku sebagai ular,
yang selalu mencoba bercanda di depan peti
Aku suka menjadi gembala,
yang brani mati demi domba-dombanya di tengah-tengah serigala
Aku bukan materi yang bisa mencetak segala permintaan !!
Aku hanya seonggok daging yang mau belajar
tak lebih dari itu...
Aku ingin mati dengan bangga,
walau hidupku terangkum dalam sekepal dosa
Aku harus terus mencoba memetakkan namaMu,
di sembari kumuhku...
Sesampai Kidung DahsyatMu,
meruntuhkan tekadku...
Aku tak bersedia datang padaMu,
sebelum semua itu...
Tuhan...
cukup izinkan aku membalut luka tanganku,
dan membuat dosa baru.
pramusinto, 15 September 2008
Bangkitnya Pendekar Naga
Tangan Merah melemah
melepas pedang patahkan sayap
semua pun menghitam
Arungi musuh dan kegelapan
di awali lelungit suci
seluruh bumi berlitani
"Bangkitlah Pendekar Naga Dalam Raga
Pembawa Madah dan Cahaya"
menuaikan keberanian
keraguan yang ku lawan
adalah rivalku sebilah pedang
adalah langit yang menuntunku
musnahlah segala yang gelap dan tiran
nyanyian para serigala menghantar ke depan altar
sapaan para malaikat nyaring mengiringi doa
Turun kabar dariNya
Kerajaan Allah sudah dekat
sejuta lilin menerangi dunia
diikuti orkestra domba
terharu pertiwi menyanjung
tumbukan sayap baru di punggung
lonceng Gereja yang menggema
memberi sinar kepada gelapnya sang pedang
puisi burung yang lirih
mewartakan kabar gembira
walau pertempuran masih terjadi
dan tetap abadi.
pramusinto, 20 Februari 2007
Langganan:
Postingan (Atom)