Panggonan Laman

Rabu, 26 Januari 2011

Saat Aku Mati

Senantinya aku mengatakan menyerah
Disaat itulah aku benar-benar mati
Dan dijauhi oleh penjamah jiwa
MalaikatNya hitam pekat, dan...
Aku tak menghujat.



pramusinto, 26 Januari 2011


Kamis, 20 Januari 2011

Saat Kita Menduniakan HAPE




Hari ini menemaniku...
Dia yang menjangkau bisu
Membawaku terka pada murka,
murka akan kediamanku sendiri,
yang asik melinting kertas-kertas pesan dan rubrik laman pergaulan semu


Hari besok akan kubawa terus
Ku tak akan melawan arus
Mengikuti arus
Lurus..................................................................


Aku dan dia
Dua kontur berbeda, jika dia mati tak berjumpa surga neraka
Dia bisa membawaku tapi,
ke surga atau neraka akan tetapi,
semuluk-uluk ini duniaku
Tak bisa tertukar-paku
Terpaku................................................................

Tergantung.............................................................
Aku tergantung adanya si pesan tampung
Daya hiburnya menggalat belatung
Tak terhitung asiknya


baru nyadar,
ada peri-hal ter-lantung indah
untuk di-kemas-kan dan dinikmati ke-hidup-an-nya
untuk di-bawa ke-mana saja dia aku mereka kita semua gembira


Maaf, tak ada lagi dunia untuk kalian
Aku masih terheran saja dan tertarik akan kecanggihan-nya menampung senang
Daya tampung tak terbatas menurutku...


"apa ini dunia yg kau pinta wahai penuai gembira?"






pramusinto, 20 Januari 2011


Selasa, 18 Januari 2011

Sandar

 


aku bersandar di keramaian sepi
aku menyandar di kesepian ramai
aku kesandar di kesepian dan keramaian
aku penyandar di ramai dan sepi
aku disandar tak di keduanya
aku sesandar di keduanya
aku tersandar di *entah-entih kehampaan*


pramusinto, 18 Januari 2011



Senin, 17 Januari 2011

Ternyata Hanya Tertunda

 


Satu kali menggunakan hati
Sayang dua kali menempa ke hati
Saat itu tanpa reaksi, engkau beraksi sensasi
Engkau namakan itu durasi cinta yang menunggu kelak
Mencacimaki aku sampai telak !!
Aku masuki matamu fokus dalam membran pupil yang "kenapa disitu tak ada sinar membayang biasku?"
Hanya se-liter kaca yang mencair jadi bahasa kesedihanmu
Bisa terkuak andai jika aku kamu saling punya rasa iba
Menangis, mengais amis bau kisah kita
Dan ketakutan membeku dalam biasan mata melinang
Ingin melinang tangis sebanyak habis
Pergi sudah kata janji beserta orang jiwanya, seraya kisahnya.... sengkalkan jantungku!!!
Darimu, ku sempal mataku yang baru sadar melihat "kotak keluar pesan di hapeku" ternyata hanya tertunda
Ketika hanya salah memahamkan pemahaman yang tak terpahamkan di kepemahaman kita
Kita jadi spidol habis
Tak ada tinta untuk menulis tinta lagi
Saling menyakiti beling-beling relung
Memahami-pun tak mungkin tersambung...


Satu sayang, saat engkau mencacimaki.... aku hanya bisa menangis dan ingin pergi darimu ketika kita tak saling memahami.
Ternyata Hanya Tertunda



pramusinto, 17 Januari 2011








Sabtu, 15 Januari 2011

Membuktikan Kenyataan Yang Nyata

aku melihatnya dengan mata kosong
ia...
menghitung jendela tiap gedung yang tertanting sangat tinggi melambung
menjumlah kendaraan yang lalulalang sibuk dalam keadaan mabuk
mengadu kata dengan prinsip jiwa, adanya mereka bukan pasif
beradu hisap ceguk dan membuat aturan kalap lapuk

satu kosong,
satu sama,
dua satu,
dua sama,
dan se-terus terang mengajakku membunuh ayahnya...
tapi tak seperti ini itu yang meng-iya-kan iya itu ini...
adalah makin ngelantur  !!

pandangan tajam membuatnya berkata apa sastra di mulutmu di ragah miras..
"kebanyakan sastrawan akan full berimajinasi saat mabuk"

egak juga jawabku tapi heran,
kenapa aku nekad loncat sedalam kejerumusan dalam sungai yang surut?

ya, aku ingin berkata juga...
ini sudah terlanjur ku nyata-tindakkan

"tak hanya seorang yang sedang mabuk saja yang bisa nekad,
gila, berani, dan tak bisa merasa sakit saat dipukul..."

aku masih dalam kedaan sadar dan menantang  kalian turun,
malah kalian menyebutku gila...
belum juga aku mabuk,
kalau udah mabuk terus apa jadinya...




pramusinto, 05 Januari 2011

( Ini kejadian nyata. Malam sehabis mendapat gaji bulanan, tanggal 5 Januari 2011. Aku, kang Toni, dan Jajang menikmati indahnya malam terakhir untuk perpisahan si Haslan yang akan pergi meninggalkan tempat kumuh ini. Toni dan Haslan mabuk. Dan semakin berkata ala kadarnya dan semua yang terucap dari bibir lesungnya itu hanya semacam pengawuran belaka. Hingga mengatakan bahwa "kebanyakan sastrawan akan full berimajinasi saat mabuk". Ya, menurutku itu tak benar. Dan kejadian itu cepat terjadi. Tiba-tiba aku loncat dari beteng yang menghalangi air sungai setinggi kurang lebih 4 meter. Lalu dengan bahagia berkata, "tak hanya seorang yang sedang mabuk saja yang bisa nekad,
gila, berani, dan tak bisa merasa sakit saat dipukul...ayo turun?" Hahaha...salah satu kejadian konyol dalam hidupku. )

 

Aku Seorang Bimbang

Aku seorang bimbang
Paritanku terkecer di ambang
Bukan kakiku mencari lubang,
di sela mawa api belang

Semakin jarang ku lihat bintang
Gulap gundala melajangimu sayang..



pramusinto, 29 Desember 2011



Menahan Hasrat Cumbu

Melanjangi gadis kampung buat langun
Melanjah dagu suwari kala surup
Ingin karasan mencabik-cabik isu perkara wada
Selabuhnya aku katakan seraya sindura yang menafsir mimpi bulan

Sesekali aku tak akan mencumbunya...



pramusinto, 14 Desember 2010

Jumat, 14 Januari 2011

Hiraukan Sabda

mudahnya seserah himpun
saat resapi menghias rumpun
telingaku yang semakin tak rimbun
karna secangkir suara kedapkan lelamun

kelingan hantaran seperti lirik awan mengatakan
"ketika hina menggali sirna,
jajaran kata di balik arti kawan,
jika lelungan Tuhan menggarukkan jiwa,
maka hiraukan!"

dan sekiranya mengukir cambuk bagi khayangan
seumbar kasih selalu ditawan, bukan dikecampurkan
aku menjamu kalian penghujan kasih
tetapi sekali saja hiraukan sabda..




 pramusinto, 14 Januari 2011

Pilar Embun

seperti angin yang selalu memikirkan awan, kehendak yang tak bertuan, dan saat hujan berlari compang-camping di antera jejagad laknat, angin hanya bisa tersenyum mengenai dirinya yang tak akan menyerah menyemangati kabut-kabut luka, walau tak pernah bisa ia menguasai dirinya sendiri. membesarkan kobaran api..

di sendawa pagi, berdiri tegak pilar embun :-)



pramusinto, 14 Januari 2011

Waktu Itu Elemen

waktu itu elemen yg berjalan mengitari dan membatasi semuanya...
dan entah apa yang di lakukan Tuhan,, Ia...

mengikat awan
mencairkan api
mengendapkan udara
menerbangkan air
menghilangkan samudera
menghentikan aliran sungai
menangkap matahari
memetik bintang
mewarnai udara
mengembunkan tanah
mengurung badai
melekatkan petir
menjebak gempa
mengecat langit
melunturkan pelangi
mempercepat revolusi bumi
menyublimkan kenangan
membekukan waktu
membunyikan sunyi
mensunyikan bunyi
menciptakan aku
memberiku nafas
membiarku berbuat onar
menjadikan aku penjagal kata
memandikan nyawaku penyamun aksara
dan mengindahkannya dalam satu warna namun memberi sejuta warna untuk semua.




pramusinto, 31 desember 2010

Perwujudan

sebagian kata yang menggenangi otakku, adalah perwujudan kalis yang disalin sadis...
sebagian nada yang mengotori otakku, adalah perwujudan katam yang disalin kejam..
sebagian warna yang menutupi otakku, adalah perwujudan kadung yang menjalang ubun raung..
sebagian pola bentuk yang merauti otakku, adalah perwujudan kalat yang menguruk sisi jerat..

seluruh dari aku yang menjadi cenayangmu, adalah perwujudan kasih yang membuka hatimu hatiku
salam untuk cinta kita yang makin pudar dan aku belum menyerah, sebelum semua itu

terikat oleh janji sumpah ku takkan mati sebelum semuanya asaku untuk cinta




pramusinto, 11 desember 2010