Panggonan Laman

Kamis, 30 Desember 2010

Hukum


Sebuah kata ucap itu
Betapa hina ku kerukan di telingaku
Jika, perih selalu membawa tabu perasaanku ke dalam kardus penuh lumbu
Tak empu-pun mampu merusak hati ini

Seangkuh penjagal kata di tengah-tengah kata kurung
Padati jengkal-jangkal hasrat
Keriput di wajah sialmu
Bangsat ternyata kau pemain kidung hukum
Aturan dibuat-buat buat dilanggar



pramusinto, 25 Oktober 2010

impian sang pemimpi ..


derap langkah.ku tx terdengar.
mengejar kreta kncana yg tx terkejar .
dg menunduk malu ..
menahan aib yg bodoh ..
impian gila yg d anggap bodoh ..
dentuman jantung brdetak bagaikan konser metal ..
perlahan tp pasti ..
dg wajah terunduk ..
dy mengejar kreta kencana ..
semakin kencang semakin kencang ..
kreta kencana pun terlampaui ..
walau.pun impian.y terwujud ..
dy menangis melihat pengorbanan org d dekat.y ..
tangisan seorang pemimpi yg menyesal ..
keluarga dn teman yg menunggu dg setia ..
akhir.y dy plg ke kampung halaman.y ..
dn berkata pda org terdekat.y ..
ak gagal mengejar kreta ..
dg tgan terbuka mreka menerima apa ada.y ..
itu.lah sosok pembrani jaman sekarang ..
bukan bsa mengalahkan org lain dg tgan.y ..
melain.kan dpt merendah ..
dan menyenang.kan org d skitar.y ..
tx ada yg lbih indah jika menghayati itu ..





pamungkas, 22 November 2010

Selasa, 07 Desember 2010

Merebut SemangatMu

dan sempatkan kau merajut mimpi yang terlampir di halimun pagi.
mencuraikan semua rasa hati yang mencoba tuk membakar janji.
sebuah lantunan hari,
bersimbah arah yang menghantui.
terwujud di ufuk siang,
mengartikan hal yang tidak pasti.

menuai SabdaMu Bapa, di sembari kumuhku,
selaku bisa pakai aku!!
lintasi gelap manusia, yang teringkar cahyaNya,
kembalikan ke kantong lara!!

serindu ku kepadaMu, Kau tak jamahi aku, menangis ku bermain sepi.
selipat kertas melayang,
menghantam pinta cenayang,
meluruskan apa yang tak seimbang...

di ambang asa, ku rebut semangatMu....!!



pramusinto, 2 desember 2010

Senin, 06 Desember 2010

Jadikan Aku Iblis

sesekali aku melihat awan yang membuntuti akalku
lekat dingin dikulitku, masuk di sendi iramaku
sembari ku bersiul bulan, kaki-kaki kecil bergelimpah senyum di belakangku
mereka puntung jiwa rana
merana tanpa luka tapi bawa sengsara

mempermainkan dewa..
hentak lantang ku sapa dia,
jangan percaya kitab kejadian!!!
jika ulasanmu mengaitkan segitiga enam...

sesungguhnya, Dia retakkan iman, patahan keyakinan
penculik jiwa di malam buta...

Tuhan, setujukah dengan statement punyaku??
kian jauh aku darimu,
di selubung umur pagiku
jadikan aku iblis jika perlu

dan dirasa aku mau saja...




pramusinto, 05 Desember 2010

Ajal yang Tertulis


saat nafas mulai terhenti ..
hanya kalimat setia yang slalu mendampingiku ..
ketika aku kehabisan kosakata ..
aku termenung diam tak berkata ..
merasakan pedih yang mendera ..
hancur terpaku sepi ..
musnah tergulung ombak hitam ..
dan ku ingat sang surya ..
kupandangi dan kutantang ..

dirimu tak secerah impianku ..
ungkapan nafsu yang mengalir ..
ku hancurkan ego, dan ku abaikan aturan ..
hancurlah segalanya ..
demi tiap tetes darah dalam tubuhku ..

aku tak akan menangis karna sakit yang mengiris hati ..
ku padamkan hatiku untuknya ..
aku melakukannya di luar kesanggupan hati ..
hanya dengan inilah aku mengungkapkan isi hatiku ..
bagai bumi yang kecewa ..
hutan yang menangis ..
lautan yang mengamuk ..
badai yang tertawa ..
petir-pun murka ..
itu belum cukup mengungkapkan kekecewaanku ..
hati teriris sepi ..
tersayat kecewa ..

tak bisa kubayangkan, betapa kecewa orang tuaku ..
keberanian dan ke-nekatanku ..
akan kuredam demi orang ..
yang telah melahirkanku dan membesarkanku dengan susah payah ..
hancurnya kepercayaan tidak bisa ditebus dengan uang ..
ku iris nadiku dengan pisau tumpul ..
demi orang yang ku sayang ..
tak terkira keindahan semu yang kau berikan ..
semua janji palsumu ..
sumpah serapahmu ..

ohh Tuhan ..
maafkanlah aku ..
yang tak lagi percaya akan janji dan sumpah ..
karna aku hidup dengan perasaan dan kecewa ..
dan jangan hilangkan perasaan ini sebelum ..
dan agar aku bisa berkarya dan memperingatkan semua orang ..
agar berhenti melakukan itu ..
walaupun ini hanya kalimat tertulis menjelang ajal ..


pamungkas, 01 Desember 2010

(Sebuah ungkapan yang di rautkan dalam pena hatinya. Dedikasiku kepada Pamungkas Fandi Guntur Prakoso, sahabat saya)

Minggu, 05 Desember 2010

Kesatria Parang

Helung perang
Matanya melipis pirang

Anak bini tinggal buang
Liku laki tak pungkas pulang

Nyawa terbang telayang sepadan pedang
Bentang bhineka maju halang
Seribu sandang tapi satu pasang

Hanyut hilang.. dan siapa ayah handaku?

Janda hijau menabur kembang
Melati mimpi tunggal layang-layang

Ayah tak pungkas pulang dari perang
Ibu sakit di ranjang kunang






pramusinto, 27 November 2010

Pendengar Hari Minggu

Gugah aku di hari minggu
Merebut sisa-sisa kabut pilu
Kita tanam tunggu sahutMu
Apa yang dihilangkan, jangan senang
Sekali pun merajut bayang

Mengendalikan wayang, titah ratu kondang
Saka merah hitam biru
Jika jatuh diliang, punya maratabu
Palingkan saja wajahmu dari kamar siku
Harimu yang berganda waktu
Dan aku bukan pendengar hari minggu



pramusinto, 28 November 2010

Sabtu, 04 Desember 2010

Pencela

tak harus berdarah di simpang kata
mengubangi enam andai yang dirasa membawa bhakti
aku melihatnya di cepak kali
dan pirangnya mendawai tubi-tubi
dan berdoa agar tawanya mati

dan tak se-itu saja...




pramusinto, 5 Desember 2010

Tak Bermain Warna

merekatkan tinta dengan satu pena..
jemariku bergumam geram, asik kata ku anyam..
perlakukan sisi gelap warna..
kita tak bermain dimimbar warna,
menukar pisang tuk secuil uang,
cukup menari di kertas layang,
kelak itu juga hilang...

kita bukan pencari warna,
gelintir orang gila mengharap puja
tapi sarat ku tulis kelam, dan surya enggan tenggelam
sebagai mimpi menyita roh...


aku cuma ingin menulis apa yang ingin kutulis walau warna tak mengunjungiku,
karna inilah warnaku...
aku yang akan mewarnai kalian :-)


pramusinto, 04 Desember 2010